Di sela asyiknya mengarungi artikel-artikel yang ditawarkan di lautan blogosphere, kadang kita menemukan – bila beruntung – artikel yang gue banget, atau kalau kata Bryan Adams sih: straight from the heart! Pernah menemukan yang seperti itu?
Yup, biasanya setelah tuntas membaca artikel-artikel tersebut, kita serasa dirasuki efek positif, karena boleh jadi mereka memenuhi kriteria-kriteria seperti: memaparkan informasi yang betul-betul kita cari; mengungkap rahasia dari pertanyaan yang selama ini ingin sekali diketahui jawabannya; menghibur hingga ngakak salto; menguak wawasan plus perspektif baru; dan atau malah memberi ilmu pengetahuan teranyar. Artikel jenis ini, ekstrim saya istilahkan dengan nama artikel pembunuh.
Apanya yang dibunuh? Ya bisa kehausan akan informasi, data, keingintahuan, kebosanan, sempit wawasan, gagap pengetahuan, mereka-mereka lah korbannya. Dan kalau boleh dibilang, artikel-artikel pembunuh ini sanggup menggiring pembacanya ke puncak kenikmatan. Blogging orgasm! *oops* Wajar, di tengah lalu lintas informasi yang teramat padat di internet, artikel-artikel model begini seperti layaknya oase yang menyegarkan, sekaligus mencerahkan.
Ok, bagi narablog, banyak yang mengartikannya pula dengan nama artikel pilar, yaitu artikel-artikel yang berfungsi sebagai penyangga kelangsungan hidup sebuah blog. They are synonym. Intinya, selain kriteria-kriteria yang diurai di paragraf awal, efek samping dari adanya artikel pembunuh ini sungguh merupakan dambaan setiap narablog, yaitu:
- Pengunjung loyal makin lengket.
- Pengunjung baru bisa langsung terkesima, klepek-klepek dan kemungkinan besar akan ngapel kembali.
- Pengunjung antah berantah lambat laun akan mampir, sebagai akibat adanya link yang merekomendasikan ke artikel tersebut.
Tiga alasan ideal tuk menohok traffic, bukan?
Coba kita runut ulang secara singkat kriteria-kriteria yang salah satunya menempel di sebuah artikel pembunuh:
- Memberi informasi.
- Memberi solusi.
- Menghibur.
- Membuka wawasan.
- Memberi ilmu pengetahuan.
Cuma itu? Lalu bagaimana dengan kriteria yang lain, seperti misalnya yang berbau kontroversi panas, yang memancing diskusi bernas, atau yang dijubeli dengan komentar-komentar trengginas? Mungkin masuk juga.
Masih terngiang di ingatan betapa hebohnya artikel yang berjudul Menunggu Joko Susilo Nge-Games di Fesbuk dari Agus Siswoyo, kontroversi tayangnya film Miyabi di blog Bung Eko, ajaran Pak Joko yang memaparkan cara paling goblok untuk belajar menulis, atau juga sadisnya Mas Iskandar dalam membunuh komentar pertamax. Semacam itukah yang namanya artikel pembunuh?
Saya kira relatif. Kadang postingan singkat dengan gambar sekedarnya seperti di postingan Menjadi Seleblogger Itu Mudah pun bisa dibanjiri komentar. So, it’s not as easy as it seem.
Sobat punya pendapat?
0 komentar:
Posting Komentar
BERKOMENTARLAH SESUKA ANDA SELAMA ITU:
NO SARA
NO BULLY
NO POR*O
SAYA LEBIH MENGHARGAI JUNKER DARIPADA SILENT READER.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA.