Di dunia virtual ini, seringkali kita temukan hal-hal baru, segar, pun tak jarang mengikis habis perspektif yang lama dianut. Serbuan beratus kilobytes berita dan kabar teranyaronline dalam hitungan detiknya terus menerpa layar monitor, meloncat-loncat dan liar tak kenal ampun meninggalkan siapa saja yang lalai menyerap informasinya. Blogger jua tak luput dari putaran di dimensi ini. Maka bila saja kita tak segera membangun kesadaran akan pentingnya arti pembelajaran, yeah, niscaya apa yang kita bicarakan sekarang ini tak lagi relevan. Usang.
Pembelajaran, menurut Andreas Harifa dalam bukunya yang berjudul Mengasah Paradigma Pembelajar (Gradien, 2003), dimaknai sebagai proses memanusiakan manusia. Dan dalam konteks perbloggeran, saya tarik saja menjadi: membloggerkan seorang blogger. Kenapa begitu? Mengapa blogger juga harus tetap sudi duduk di bangku pembelajaran? Well, untuk mudahnya, saya ambil contoh adanya upgrade berkala di blog berplatform WordPress. Meski semua berjalan otomatis, tetap saja ada ruang yang disisakan untuk dipelajari, baik itu yang bersifat what’s new hingga penyesuaian dalam menanam plugin-pluginnya. That’s it. Tanpa sadar, kita sudah dipaksa untuk belajar dan mengalami pembelajaran, bukan?
Dan yang menarik dari buku tadi, penulisnya menciptakan sebuah matrik dan spiral yang disebut dengan Matrik-Spiral Pembelajaran. Matriknya kira-kira berbentuk seperti ini…
Kemudian digabung dengan Spiral Pembelajaran berupa…
Dan bentuk finalnya…
Nah, berdasar Matrik-Spiral Pembelajaran di atas, pada matra pertama, tahap pembelajaran dimulai pada kondisi tak sadar-tak mampu. Ini saya kira merupakan tahap alamiah yang dilalui oleh semua blogger, dimana pada awalnya buta akan adanya sebuah media bernama blog dan bahkan tak tahu blog itu apa. Beranjak dari sini, ada proses penyadaran, yaitu kita bergerak ke matra kedua: kondisi sadar-tak mampu. Disini tetiba saja terjadi pencerahan: wah ternyata ada mainan asyik nih, namanya blog! Di tahap ini kita sadar ada media bernama blog, namun belum memiliki kemampuan tuk menyelami lebih jauh, alias hanya sekedar tahu.
Sampai disini berlakulah proses yang cukup krusial yang dinamakan dengan proses pembelajaran , yaitu dari matra sadar-tak mampu ke matra sadar-mampu, karena di tahapan ini kita disyaratkan tuk melalui serangkaian tahapan pembelajaran. Begini, bila kita tahu bahwa kita tak bisa WordPress – atau platform blog lainnya – namun mandegdan urung mempelajari, ya sudah, proses pembelajaran stop hanya sampai di situ. Lain halnya jika kita ada kemauan tuk mendisipinkan diri dan komitmen, tentu tak mustahil proses ini kan terlewati. Kita tak mampu, lanjut ke ingin mampu, berakhir jadi mampu. Sederhana.
Setelah berputar di matra sadar-mampu, kita bergerak ke proses pembiasaan. Pergerakan dari matra sadar-mampu ke tak sadar-mampu ini sangat menarik, karena secara tak langsung kita bisa disebut sebagai individu yang profesional. Seperti yang tertulis dalam buku ini:
Seseorang hanya dapat disebut sebagai profesional, jika ia mampu mengerjakan sesuatu dengan kualitas tinggi tanpa sadar bahwa untuk dapat bekerja dengan cara yang demikian diperlukan kemampuan yang luar biasa.
Kita naik sepeda mungkin sudah biasa. Tapi bagi anak kecil yang belum bisa naik sepeda, kita dipandang sebagai bikerprofesional. Seperti itu kira-kira analoginya. Atau, kita kadangkala salut dengan blogger yang telah mahir ngubek-ngubek template WordPress seperti halnya Satrya dan Rudy Azhar, yang mungkin bagi mereka itu persoalan biasa layaknya kita asyik bermain Tetris. That’s a habit, kemampuan yang sudah terbiasakan.
Ok, apa setelah itu proses pembelajaran terhenti? No. Spiral Pembelajaran terus berputar dan pasti akan menemukan lagi hal-hal terbaru yang belum mampu kita kuasai. Walhasil, proses pembelajaran pun dimulai lagi, lagi dan lagi.
Penyadaran, pembelajaran, pembiasaan. Siklus ini menjadi hal yang lumrah dilalui jika memang semua blogger mengaku sebagai mahkluk pembelajar, hingga istilahmembloggerkan seorang blogger tak lagi asing di telinga zaman.
Nah, pertanyaan selanjutnya, maukah blogger menjadi seorang makhluk pembelajar?Share your opinion.
0 komentar:
Posting Komentar
BERKOMENTARLAH SESUKA ANDA SELAMA ITU:
NO SARA
NO BULLY
NO POR*O
SAYA LEBIH MENGHARGAI JUNKER DARIPADA SILENT READER.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA.